Waspada Usus Buntu: Cara Mengenali, Mencegah, dan Mengobatinya
- account_circle Putri Rahmatia Isnaeni
- calendar_month Rab, 10 Sep 2025
- comment 0 komentar

bogorplus.id – Usus buntu adalah organ kecil berbentuk kantong yang memiliki panjang sekitar 5 hingga 10 cm. Organ ini berada pada bagian awal dari usus besar yang terletak di sisi kanan bawah perut. Radang pada usus buntu atau yang dikenal sebagai apendisitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun umumnya terjadi akibat adanya penyumbatan pada usus buntu.
Ketika usus buntu mengalami penyumbatan, misalnya oleh tinja yang mengeras, bakteri yang ada di dalamnya akan berkembang biak. Hal ini menyebabkan usus buntu menjadi meradang, bengkak, dan terisi nanah.
Radang usus buntu seringkali terjadi pada individu berusia antara 10 hingga 30 tahun. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa semakin parah hingga usus buntu pecah. Situasi ini dapat menimbulkan rasa sakit yang sangat hebat dan berpotensi berakibat fatal.
Penyebab Penyakit Usus Buntu
Penyakit usus buntu disebabkan oleh adanya penyumbatan dalam rongga usus buntu. Situasi ini memungkinkan bakteri berkembang biak dengan cepat dan terperangkap di dalam usus buntu. Akibatnya, usus buntu akan meradang, membengkak, serta bernanah.
Ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita radang usus buntu, seperti:
- Penyumbatan pada lubang rongga usus buntu akibat timbunan tinja yang mengeras.
- Pembengkakan atau penebalan jaringan dinding usus buntu akibat infeksi di saluran pencernaan atau di bagian tubuh lainnya.
- Penyumbatan rongga usus buntu disebabkan oleh pertumbuhan parasit dalam sistem pencernaan, sebagaimana pada infeksi cacing kremi atau ascariasis.
- Kondisi kesehatan tertentu seperti tumor di perut atau penyakit radang usus.
Cedera pada area perut.
Masyarakat sering mempercayai beberapa mitos yang menyebutkan bahwa makanan tertentu, seperti biji cabai, bisa menyebabkan radang usus buntu. Namun, kebenaran dari isu ini belum terbukti secara jelas.
Gejala Penyakit Usus Buntu
Tanda utama dari penyakit usus buntu adalah rasa nyeri pada perut. Ciri-ciri nyeri perut akibat radang usus buntu meliputi:
- Nyeri yang muncul tiba-tiba di bagian tengah perut atau ulu hati, kemudian hilang dan muncul kembali.
- Nyeri yang berpindah ke bagian kanan bawah perut dalam beberapa jam.
- Nyeri yang terus-menerus terjadi di perut bagian kanan bawah dan semakin parah.
- Nyeri yang semakin meningkat saat berjalan, batuk, bersin, atau saat perut kanan bawah ditekan.
Selain nyeri, penyakit usus buntu juga dapat disertai dengan gejala lain sebagai berikut:
- Mual dan muntah.
- Perut terasa penuh atau membengkak.
- Demam disertai menggigil.
- Merasa lemas dan hilang nafsu makan.
- Mungkin mengalami sembelit atau bahkan diare.
- Merasakan kesulitan buang gas dan sembelit.
- Keluhan akan terasa lebih baik setelah buang angin atau buang air besar.
- Nyeri saat buang air kecil atau frekuensinya lebih meningkat (jarang).
Gejala radang usus buntu pada wanita dapat mirip dengan nyeri saat menstruasi (dismenore). Sedangkan pada ibu hamil, radang usus buntu mungkin menyebabkan rasa sakit di bagian atas perut, karena letak usus buntu yang lebih tinggi selama kehamilan.
Kapan Harus Ke Dokter
Segera kunjungi dokter jika merasakan nyeri hebat di bagian kanan bawah perut, atau gejala terkait usus buntu yang telah disebutkan sebelumnya. Semakin cepat dilakukan pemeriksaan dan pengobatan, semakin tinggi peluang untuk sembuh dari radang usus buntu.
Jika Anda mengalami gejala yang mengindikasikan radang usus buntu, jangan tunda untuk mengunjungi dokter atau menggunakan obat-obatan sendiri, seperti obat untuk usus buntu, pencahar, antasida, atau kompres hangat untuk meredakan gejala.
Anda juga sebaiknya segera mencari bantuan medis atau pergi ke UGD jika:
- Gejala radang usus buntu muncul saat hamil.
- Nyeri perut secara perlahan semakin parah dan menyebar ke seluruh bagian perut.
- Perut tampak membesar dan terasa keras.
Diagnosis untuk Penyakit Usus Buntu
Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di area perut, dengan menekan bagian perut yang nyeri.
Radang usus buntu biasanya ditandai dengan rasa sakit yang semakin meningkat setelah area yang ditekan dilepaskan secara tiba-tiba.
Untuk memastikan diagnosis, dokter mungkin melakukan beberapa pemeriksaan tambahan, yaitu:
- Tes darah untuk mengidentifikasi tanda-tanda infeksi.
- Tes urine untuk mengevaluasi kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
- USG perut untuk memeriksa gambaran organ dalam perut, termasuk usus buntu.
- CT scan atau MRI untuk melihat organ di dalam perut secara lebih rinci jika USG dianggap belum cukup.
- Pemeriksaan panggul untuk memastikan bahwa nyeri bukan disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi atau infeksi panggul lainnya.
- Tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan nyeri akibat kehamilan ektopik.
- Rontgen dada untuk memastikan nyeri bukan diakibatkan oleh pneumonia di sisi kanan.
Pengobatan untuk Penyakit Usus Buntu
Pengobatan untuk usus buntu akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan antara lain:
Operasi
Pengobatan utama untuk usus buntu adalah melalui operasi pengangkatan usus buntu, yang dikenal sebagai apendektomi. Menghapus usus buntu dari sistem pencernaan tidak akan menimbulkan masalah jangka panjang, karena usus buntu tidak berfungsi dalam banyak proses tubuh.
Ada dua metode untuk melakukan apendektomi, yaitu laparoskopi (operasi minimal invasif) dan bedah terbuka (laparotomi). Kedua metode tersebut dimulai dengan pemberian anestesi umum kepada pasien. Berikut penjelasannya:
Laparoskopi
Operasi usus buntu dengan laparoskopi melibatkan pembuatan beberapa sayatan kecil di perut. Melalui sayatan tersebut, dokter akan menggunakan alat bedah khusus untuk mengeluarkan usus buntu.
Laparotomi
Pada prosedur laparotomi, dokter akan melakukan sayatan di sisi kanan bawah perut, sekitar 10 cm, untuk mengangkat usus buntu. Tindakan ini disarankan jika terjadi komplikasi, seperti usus buntu yang pecah dan infeksi menyebar ke rongga perut (peritonitis), atau jika terdapat akumulasi nanah (abses) di dalam perut.
Proses penyembuhan setelah operasi laparoskopi biasanya lebih cepat dibandingkan dengan bedah terbuka. Selain itu, usus buntu yang menimbulkan abses mungkin memerlukan dua tahap operasi: yang pertama untuk membersihkan abses, dan yang kedua untuk mengangkat usus buntu.
Selama masa pemulihan, dokter akan meresepkan obat penghilang rasa nyeri. Pasien juga akan disarankan untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berat selama 3 hingga 5 hari setelah laparoskopi, atau 10 hingga 14 hari jika menjalani laparotomi.
Obat-obatan
Pada beberapa kasus usus buntu yang ringan, pasien bisa pulih hanya dengan mengonsumsi obat-obatan, seperti antibiotik dan obat untuk meredakan gejala. Dengan cara ini, operasi mungkin tidak diperlukan.
Namun, radang usus buntu yang tidak dioperasi cenderung dapat kembali kambuh. Oleh karena itu, dokter sering menyarankan untuk melakukan operasi.
Penting untuk dicatat bahwa saat ini, penyakit usus buntu belum bisa diobati dengan pengobatan herbal apa pun, termasuk kunyit. Oleh karena itu, daripada mencari pengobatan yang belum terbukti efektif, lebih baik mencari bantuan medis untuk menghindari komplikasi dari radang usus buntu.
Komplikasi Penyakit Usus Buntu
Penyakit usus buntu yang tidak diobati dapat menyebabkan usus buntu pecah. Situasi ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan komplikasi berikut:
Peritonitis
Peritonitis bisa terjadi ketika usus buntu mengalami pecah dan infeksi menyebar ke seluruh area perut. Gejala yang muncul berupa rasa sakit hebat yang konstan di seluruh perut, perut yang terasa keras dan membesar, denyut jantung yang meningkat, serta demam.
Jika peritonitis tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini bisa berujung pada kematian. Penanganan yang diperlukan adalah memberikan antibiotik dan segera melakukan laparotomi untuk mengangkat usus buntu serta membersihkan rongga perut.
Abses atau kantong nanah di rongga perut
Abses dalam rongga perut tumbuh bila infeksi dari usus buntu menyebar. Untuk mengobati keadaan ini, dokter akan mengalirkan nanah dari abses dan memberikan antibiotik. Setelah infeksi sembuh, dokter akan melanjutkan dengan operasi untuk mengangkat usus buntu.
Sepsis
Bakteri dari usus buntu yang sudah pecah memiliki potensi untuk masuk ke dalam sirkulasi darah. Kondisi ini dikenal dengan sepsis, yang bisa menyebabkan peradangan sistemik. Jika tidak cepat diobati, sepsis dapat mengarah pada syok dan kematian.
Pencegahan Penyakit Usus Buntu
Walaupun tidak ada cara pasti untuk mencegah usus buntu, beberapa tindakan bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya, antara lain:
- Meningkatkan konsumsi serat melalui buah-buahan dan sayuran
- Memastikan asupan air putih yang cukup setiap hari
- Mengonsumsi makanan yang kaya probiotik
- Tidak menunda untuk buang air besar
- Penulis: Putri Rahmatia Isnaeni