Mengenal Malam Satu Suro: Sejarah dan Perayaannya
- account_circle Putri Rahmatia Isnaeni
- calendar_month Jum, 19 Sep 2025
- comment 0 komentar

bogorplus.id – Malam satu suro merupakan tradisi dari Jawa yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Maharram. Malam satu suro menandakan awal bulan pertama dalam kalender Jawa. Masyarakat Jawa merayakan malam satu Suro dengan beragam acara.
Menurut Kemendikbud RI, Satu Suro merupakan awal bulan pertama Tahun Baru Jawa di bulan Suro. Kementerian Agama RI, Bulan Suro dianggap bulan yang sakral bagi masyarakat Jawa.
Malan satu Suro diperingati pada malam hari setelah magrib sebelum tanggal 1 Suro. Pergantian hari dimulai saat matahari tenggelam sampai dari hari sebelumnya menurut kalender Jawa, berbeda dengan kalender masehi yang dimulai saat tengah malam.
Sejarah Malam Satu Suro
Kalender Jaa dibentuk dari gabungan penanggalan Hijriah (Islam), kalender Masehi, dan kalender Saka (Hindu). Kalende Jawa diterbitkan pertama kali pada 1940 oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Pada 931 H atau 1443 tahun, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara kalender hijriah dengan kalender Jawa.
Tradisi malam satu Suro diawali saat zaman Sultan Agung. Masyarakat mengikuti sistem penanggalan tahun saka yang diwariskan dari tradisi Hindu, sedangkan Kesultanan Mataram Isla, menggunakan sistem kalender Hijriah (Islam). Saat itu Sultan Agung ingin memperluas ajaran Islam di Tanah Jawa berinisiatif memadukan kalender Salah dengan kalender Hijriah menjadi kalender Jawa.
Kalender ini mulai disatukan sejak Jumat Legi bulan Jumadil akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi. Satu Suro merupakan hari pertama bulan suro di kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah (Islam).
Sementara setiap hari Jumat legi, Sultan Agung Hanyokrokusumo melakukan laporan pemerintahan setempat sambil melakukan pengajian bersam para penghulu kabupaten, dibarengi dengan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.
Demikian 1 Muharram atau 1 Suro Jawa dimulai pada Jumat legi menjadi ikut keramat. Jika ada orang yang memanfaatkan hari itu demi kepentingan di luar mengaji, ziarah, dan haul, maka akan dianggap sial.
Perayaan Malam Satu Suro
Perayaan malam satu Suro berfokus pada ketentraman batin dan keselamatan. Pada malam satu Suro, masyarakat akan berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melakukan kebaikan sepanjang bulan Suro berlangsung. Masyarakat juga terus bersikap ingat dan waspada. Ingat akan dirinya dan posisinya sebagai ciptaan tuhan dan Waspada dari godaan buruk yang menyesatkan.
- Penulis: Putri Rahmatia Isnaeni