dr Tan Shot Ye Siapa? Ini Profil Ahli Gizi yang Viral Lontarkan Kritik soal MBG di Rapat DPR RI
- account_circle Dheza
- calendar_month 18 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Ahli gizi dr Tan Shot Yen tengah menjadi sorotan publik setelah cuplikan pernyataannya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR RI viral di media sosial. (YouTube/TV Parlemen)
Bogorplus.id – Ahli gizi dr Tan Shot Yen tengah menjadi sorotan publik setelah cuplikan pernyataannya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR RI viral di media sosial.
Dalam forum yang dihadiri Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) serta sejumlah organisasi lainnya, dr Tan menyampaikan kritik terbuka terhadap konsep program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah.
Tanpa ragu, ia menyoroti menu-menu yang kerap muncul dalam paket MBG, seperti burger, spageti, hingga bakmi berbahan tepung terigu.
Menurutnya, pilihan tersebut tidak ideal karena bergantung pada gandum, komoditas yang tidak pernah ditanam di Indonesia.
“Yang terjadi, dari Lhoknga (Aceh) sampai Papua, yang dibagi dalam MBG adalah burger,” ujar dr Tan, dikutip dari siaran YouTube TV Parlemen.
Pihaknya menegaskan, penggunaan tepung terigu dalam skala besar justru melemahkan ketahanan pangan lokal.
Selain itu, ia menyoroti distribusi makanan berbasis industri, seperti susu kemasan, biskuit, minuman bergula, hingga makanan kering instan.
Menurutnya, konsumsi ultra-processed food (UPF) dalam jangka panjang bisa berdampak negatif, mulai dari diare, gangguan pencernaan, hingga risiko kesehatan kronis.
Sebagai solusi, dr Tan mendorong agar 80 persen menu MBG diisi pangan lokal, seperti singkong, ubi, jagung, sayuran hijau, ikan segar, dan telur.
“Saya pengin anak Papua bisa makan ikan kuah asam, saya pengin anak Sulawesi bisa makan kapurung,” tandasnya.
Lebih lanjut, dia mengkritik peran tenaga ahli gizi dalam program tersebut.
dr Tan menyindir bahwa, sebagian besar masih berstatus fresh graduate dan belum memahami metode Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).
“Dan lebih lucu lagi, mereka nggak ngerti kalau ditanya apa itu HACCP. Loh ya, ahli gizi nggak ngerti, jam terbangnya memang masih kurang,” sindirnya.
Di balik kritik tajamnya, publik banyak yang penasaran siapa sebenarnya dr Tan Shot Yen? Berikut profilnya.
Siapa dr Tan Shot Yen?
Lahir pada 17 September 1964 di Beijing, Tiongkok, dr Tan Shot Yen kemudian menetap dan berkarier di Indonesia hingga dikenal luas sebagai dokter sekaligus ahli gizi.
Di era digital, sosoknya juga populer karena aktif membagikan edukasi kesehatan melalui media sosial.
Akun Instagram pribadinya bahkan telah diikuti lebih dari 1,2 juta pengikut, menandakan besarnya pengaruh yang ia miliki dalam mengkampanyekan gaya hidup sehat.
Perjalanan akademis dr Tan sendiri dimulai di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara pada 1983 hingga 1990.
Setelah menyandang gelar dokter, ia melanjutkan Program Profesi Kedokteran Negara di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada 1991.
Rasa hausnya akan ilmu tidak berhenti di situ. Pada 1992, ia terbang ke Perth, Australia, untuk mempelajari instructional physiotherapy, sebuah bidang yang memperkuat pemahamannya tentang fungsi tubuh manusia.
Beberapa tahun kemudian, ia kembali menimba ilmu di Thailand dan meraih diploma Penyakit Menular Seksual dan HIV-AIDS pada 1996.
Tak hanya fokus pada ilmu kedokteran, dr Tan juga memperluas wawasannya ke bidang filsafat.
Pada 2009, ia menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Latar belakang filsafat ini memperkaya sudut pandangnya dalam melihat masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dari sisi medis, tetapi juga dari dimensi sosial dan humaniora.
Puncak akademisnya diraih ketika ia berhasil menyelesaikan program doktoral di Universitas Indonesia.
Pada 2014, setelah menempuh pendidikan selama empat tahun, ia resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Gizi, memperkokoh reputasinya sebagai pakar gizi di Indonesia.
Selain mengabdikan diri sebagai praktisi kesehatan, dr Tan aktif menulis artikel dan opini di sejumlah media massa. T
ulisan-tulisannya kerap mengangkat isu gizi, pola makan sehat, hingga tantangan kesehatan masyarakat modern.
Dirinya juga dikenal lugas, kritis, namun tetap berpegang pada basis ilmiah dalam menyampaikan pandangan.
- Penulis: Dheza