Cara Mencari Restoran Enak Tanpa Harus Cek Ulasan
- account_circle Putri Rahmatia Isnaeni
- calendar_month Sab, 12 Jul 2025
- comment 0 komentar

Foto: FREEPIK
bogorplus.id – Tidak semua orang memiliki pengetahuan tentang kuliner dan bisa membedakan restoran yang menyajikan makanan enak dengan yang tidak.
Kebanyakan generasi sekarang mengandalkan ulasan dari vlogger makanan atau penilaian di Google untuk memastikan pilihan sebelum membeli makanan.
Sebenarnya, ada metode lain yang lebih tradisional dibandingkan itu. Metode yang lebih tepat dan tidak terpengaruh oleh rekayasa.
1. Warung yang tersembunyi, tapi banyak pengunjung yang berkendara
Jika ada seseorang yang bersedia membawa mobilnya menelusuri jalan sempit hanya untuk mencapai sebuah warung kecil, itu menunjukkan ada alasan kuat yang mendorong mereka untuk datang. Terutama karena makanan yang enak disajikan di tempat tersebut.
Generasi sekarang menyebutnya: harta tersembunyi. Orang-orang yang berkendara ini pastinya punya banyak pilihan tempat makan yang lebih mewah, dan bisa dianggap sebagai orang yang mampu mengeluarkan uang untuk restoran mahal.
Namun, mereka mengabaikan semua itu demi sebuah tempat makan yang terpencil? Wah, pasti makanan di sana sangat menggugah selera.
2. Restoran favorit orang Tionghoa
Pandangan ini sudah ada sejak lama. Kabarnya, orang Tionghoa di Indonesia memang lebih teliti dalam memilih makanan. Tidak mengherankan jika sebuah restoran atau tempat makan menjadi langganan mereka, hampir dipastikan mereka menyajikan hidangan yang lezat.
Meskipun terkesan membingungkan, ungkapan “Restoran X itu lho, biasanya banyak orang ‘Tiongkok’” sering digunakan untuk menegaskan bahwa restoran tersebut terkenal dengan makanan enaknya.
Namun, bagi kalian yang menghindari makanan non-halal, sebaiknya berhati-hati. Masuk ke warung babi guling hanya karena banyak orang Tionghoa di sana juga merupakan tindakan yang kurang tepat. Mengetahui apakah makanan tersebut halal atau tidak juga menjadi tanggung jawab seorang konsumen.
3. Restoran yang menjadi tempat berkumpul PNS
Bila saat jam makan siang restoran dipenuhi oleh para pegawai yang mengenakan seragam coklat muda, tempat itu sangat mungkin menjual makanan yang enak. PNS dan para pekerja kantoran umumnya tidak salah memilih tempat, mereka memang sangat selektif dalam mencari tempat berkumpul.
Meskipun seringnya mereka hanya nongkrong di warung bakso dan soto, setidaknya kita jadi tahu bakso dan soto mana yang benar-benar enak. Intinya, “rekomendasi” dari pegawai negeri sangat layak untuk dicoba.
4. Restoran yang buka dalam waktu terbatas, tetapi ramai pengunjung
Beberapa penjual makanan memilih untuk beroperasi hanya pada jam-jam tertentu. Biasanya, rasa percaya diri penjual pada tahap ini hanya dimiliki oleh mereka yang tempatnya ramai. Sebagian pedagang merasa terlalu lelah jika harus berjualan sepanjang hari dan melayani pelanggan yang tiada henti.
Ini semua terjadi karena mereka memang benar-benar menyajikan makanan yang lezat. Jika tidak enak, tidak mungkin ada pembeli yang mau menunggu pada jam-jam tertentu untuk membeli, apalagi harus berjuang melawan antrean. Wah, jika makanannya tidak enak, pastinya tidak ada yang mau.
Di Yogyakarta, terdapat banyak restoran atau warung makan yang model penjualannya demikian, buka hanya pada jam-jam tertentu, namun tetap sangat diminati.
Contohnya, ada soto yang hanya tersedia antara pukul 07. 00-09. 00, penjual roti yang hanya beroperasi saat sarapan pagi dan setelah habis langsung tutup, serta ayam geprek yang hanya menjual saat waktu makan siang.
Hal ini membuat makanan terlihat lebih istimewa dan semakin banyak orang yang mencarinya. Bagaimana tidak, walaupun buka sebentar, penjual sudah kebanjiran pelanggan, dan di sisa waktu lainnya, mereka bisa bersantai sambil menikmati udara.
5. Restoran yang dipadati ojek online
Indikator ini memang sudah cukup mengadopsi elemen digital. Namun, tak sedikit orang yang juga mengandalkan tanda ini untuk memilih makanan yang lezat. “Ke Resto Y saja, banyak ojol yang antre, jelas makanan yang dijual enak,” begitu pikir banyak orang.
Namun, restoran yang dipenuhi ojol bisa membuat orang salah paham. Tidak selalu restoran tersebut menyajikan makanan yang lezat. Bisa jadi adanya promosi besar-besaran yang menarik perhatian pelanggan ojek online untuk memesan. Padahal, makanan yang disajikan mungkin tidak sesuai harapan. Hal ini bisa dimengerti, inilah kekuatan pemasaran digital.
Oleh karena itu, alih-alih mengikuti rekomendasi dari food vlogger yang terkadang disponsori, atau membaca ulasan Google yang mungkin tidak akurat, lebih baik menggunakan cara tradisional. Metode ini sebenarnya jauh lebih dapat dipercaya untuk menemukan makanan yang enak.
- Penulis: Putri Rahmatia Isnaeni