Apa Itu Avoidant Attachment? Penjelasan Lengkap dan Cara Menghadapinya
- account_circle Putri Rahmatia Isnaeni
- calendar_month Sel, 9 Sep 2025
- comment 0 komentar

bogorplus.id – Pernahkah kamu mengalami kesulitan untuk membuka diri atau menjaga jarak secara emosional dalam sebuah hubungan, meskipun dengan orang yang sangat dekat? Ini bisa jadi menunjukkan adanya gaya keterikatan avoidant. Sudahkah kamu mengenal istilah avoidant ini?
Istilah ini mungkin asing bagi beberapa orang. Namun, sebenarnya ini merujuk pada pola hubungan yang terbentuk sejak masa kanak-kanak dan dapat memiliki dampak yang besar di kehidupan dewasa, khususnya dalam menjalin kedekatan secara emosional.
Menurut informasi dari Cleveland Clinic, gaya keterikatan atau attachment style adalah pola dalam berhubungan yang dibentuk pada masa kecil, berdasarkan bagaimana orang tua atau pengasuh utama merespons kebutuhan emosional kita. Jika seorang anak dibesarkan dengan pengasuh yang kurang mampu secara emosional atau tidak responsif, mereka dapat mengembangkan gaya keterikatan avoidant.
Apa kamu ingin memahami lebih jauh mengenai avoidant? Mari kita lihat penjelasan mendalam berikut ini yang disusun dari berbagai sumber seperti Attachment Project, Medical News Today, WebMD, dan Cleveland Clinic!
Apa Itu Avoidant?
Gaya keterikatan avoiding atau avoidant attachment adalah salah satu dari empat gaya keterikatan yang diakui dalam psikologi. Gaya ini muncul ketika seseorang terbiasa untuk bergantung pada diri sendiri secara emosional sejak kecil, sehingga ketika mereka dewasa, cenderung menjaga jarak dalam hubungan. Orang-orang dengan gaya keterikatan ini umumnya terlihat sangat mandiri dan kurang nyaman dengan kedekatan emosional yang intim.
Dalam kehidupan sehari-hari, individu dengan gaya avoidant sering kali nampak tenang dan tidak membutuhkan perhatian berlebihan dari orang lain. Mereka lebih suka mencari solusi atas masalah secara mandiri dan jarang menunjukkan emosi secara terbuka. Ketika menghadapi konflik atau situasi yang emosional, mereka cenderung memilih untuk menarik diri daripada membuka diri dan meminta bantuan.
Gaya keterikatan ini dapat terbawa hingga masa dewasa, mencakup hubungan romantis maupun persahabatan. Mereka biasanya menghindari ketergantungan, baik sebagai tempat bergantung atau mengandalkan orang lain. Meskipun terlihat tidak tertarik pada kedekatan, sebenarnya mereka merasa kesulitan untuk menciptakan rasa aman dalam hubungan yang melibatkan emosi mendalam.
Menariknya, studi menunjukkan bahwa sekitar 20% orang dewasa di Amerika menyatakan memiliki gaya keterikatan avoidant. Gaya ini lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan wanita. Meskipun mereka terkesan kuat dan mandiri di luar, sering kali ada perasaan yang tertahan dan tidak diungkapkan.
Penyebab Seseorang Menjadi Avoidant
Sebenarnya, gaya keterikatan avoidant tidak terjadi secara tiba-tiba; ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan kondisi ini. Berikut adalah beberapa penyebab yang bisa menjelaskan situasi ini.
1. Orang Tua yang Kurang Responsif Secara Emosional
Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua atau pengasuh yang tidak memenuhi kebutuhan emosional mereka sering kali mengembangkan gaya keterikatan avoidant. Ketika seorang anak berulang kali merasa diabaikan saat mencari kenyamanan atau dukungan, mereka belajar untuk tidak menunjukkan kebutuhan tersebut. Seiring waktu, anak akan mulai menahan dorongan untuk mencari kenyamanan dan lebih mengandalkan diri mereka sendiri dalam menghadapi kesulitan.
2. Sering Dihambat untuk Menangis atau Menunjukkan Emosi
Beberapa anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak memperbolehkan mereka untuk mengekspresikan emosi. Jika seorang anak dilarang menangis atau mengalami ejekan ketika menunjukkan rasa sedih atau takut, mereka belajar bahwa mengekspresikan perasaan bukanlah sesuatu yang aman. Kebiasaan ini bisa memaksa mereka tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan susah untuk menjalin hubungan emosional yang sehat dengan orang lain.
3. Pola Asuh yang Kaku dan Terlalu Keras
Orang tua yang memberikan tuntutan tinggi dan mengharapkan kepatuhan tanpa memberikan kesempatan untuk berdiskusi atau mengekspresikan diri dapat menjadi faktor penyebab anak mengembangkan gaya keterikatan yang menghindar. Dalam situasi semacam ini, anak merasa tertekan dan enggan untuk menunjukkan pikiran serta perasaannya. Hal ini bisa menyebabkan mereka menjadi orang yang tertutup dan sulit mempercayai orang lain saat mereka dewasa.
4. Minimnya Sentuhan dan Kehalusan
Beberapa orang tua mungkin tanpa sadar menghindari melakukan kontak fisik dengan anak, seperti melepas pelukan atau belaian. Sentuhan fisik itu sendiri sangat krusial untuk membangun ikatan emosional yang kuat. Anak yang jarang menerima kasih sayang lewat sentuhan mungkin merasa tidak dicintai dan kurang berarti, hingga berujung pada sikap menjaga jarak dalam hubungan sosial maupun romantis ketika dewasa.
5. Pengalaman Trauma di Masa Kecil
Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, penyalahgunaan emosional, atau kejadian traumatis lainnya di masa kanak-kanak dapat berkontribusi pada terbentuknya gaya keterikatan yang menghindar. Anak yang mengalami trauma biasanya akan cenderung menarik diri dan menutup emosi sebagai bentuk perlindungan. Mereka merasa tidak aman untuk membuka diri kepada orang lain, dan ini berlanjut hingga mereka beranjak dewasa.
6. Pengasuh Memiliki Pola yang Sama
Anak-anak sering meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, termasuk dalam cara berinteraksi secara emosional. Apabila orang tua atau pengasuh memiliki gaya keterikatan yang menghindar, ada kemungkinan anak akan meniru perilaku ini. Mereka tidak memperoleh pengalaman bagaimana membangun hubungan yang sehat karena tidak menemukan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pengaruh Genetik
Walaupun faktor lingkungan memegang peranan penting, faktor genetik juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan gaya keterikatan yang menghindar. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar empat puluh persen kasus keterikatan menghindar pada orang dewasa mungkin dipengaruhi oleh gen-gen tertentu yang berhubungan dengan pengaturan emosi dan respons terhadap stres. Namun, hasil penelitian ini masih perlu ditelaah lebih lanjut untuk pemahaman yang lebih mendalam.
8. Pengalaman Penolakan dan Perlakuan yang Berbeda Sejak Kecil
Anak-anak yang merasa ditolak atau diperlakukan berbeda dari yang lainnya bisa mengalami hilangnya kepercayaan pada hubungan sosial. Ketika mereka terbiasa merasa tidak cukup baik atau selalu dibandingkan, mereka mungkin menarik diri sebagai bentuk perlindungan. Keadaan ini membentuk keyakinan bahwa hubungan dengan orang lain hanya akan mengakibatkan sakit hati atau penolakan.
Ciri-ciri Individu dengan Avoidant Attachment
Gaya keterikatan menghindar berkaitan dengan pola keterikatan yang terbentuk sejak kecil karena respons emosional dari pengasuh yang tidak konsisten atau cenderung menghindar. Pola ini dapat terus berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi cara seseorang membangun hubungan serta pandangannya terhadap diri sendiri.
Berikut adalah ciri-ciri yang sering terlihat pada individu dengan gaya keterikatan menghindar berdasarkan tahap kehidupan serta konteks hubungan mereka:
1. Ciri-ciri Anak-anak dengan Gaya Keterikatan Menghindar
Sejak masa kanak-kanak, anak-anak yang memiliki gaya keterikatan menghindar menunjukkan pola interaksi yang terlihat mandiri, tetapi sebenarnya dipengaruhi oleh pengalaman penolakan atau pengabaian emosional. Beberapa ciri yang dapat dikenali adalah:
- Terlihat tidak peduli ketika ditinggal pergi oleh orang tua atau pengasuh
- Tidak mencari pelukan, keintiman fisik, atau kenyamanan secara langsung
- Menolak sentuhan fisik meski sebenarnya merasa tertekan
- Tidak mengekspresikan emosi secara terbuka, baik dalam keadaan sedih maupun senang
- Lebih senang menjelajahi lingkungan seorang diri dibandingkan bersama orang tua
- Terlihat mandiri secara emosional meskipun masih dalam usia muda
2. Dalam Hubungan atau Pasangan
Ketika sudah dewasa, pola keterikatan yang menghindar bisa menyebabkan kesulitan dalam membangun ikatan yang dekat serta intim. Berikut adalah ciri-ciri dalam konteks hubungan romantis:
- Menjaga jarak ketika hubungan mulai menjadi sangat dekat atau intim
- Merasa tidak nyaman ketika pasangan menginginkan kedekatan emosional
- Mudah menarik diri atau “menghilang” ketika ada konflik emosional
- Mencari-cari alasan untuk mengakhiri hubungan saat sudah mulai serius
- Tidak merasa nyaman untuk membahas perasaan secara mendalam
- Terlihat tenang dan bersahabat, tetapi sebenarnya tidak mau membuka diri
3. Dalam Hubungan dengan Diri Sendiri
Pola keterikatan yang menghindar juga memengaruhi cara seseorang melihat dan merawat diri mereka sendiri. Individu dengan gaya ini seringkali merasa perlu mengandalkan diri tanpa bantuan orang lain. Beberapa cirinya termasuk:
- Mengandalkan diri sepenuhnya dan enggan untuk meminta pertolongan
- Merasa harus selalu kuat dan tidak menunjukkan kelemahan
- Menahan emosi dan jarang mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya
- Cenderung menyimpan masalah dan memilih untuk menyendiri saat merasa tertekan
- Memiliki citra diri yang kuat tetapi cenderung menilai orang lain secara negatif
- Tidak merasa perlu untuk menjalin kedekatan emosional dengan orang lain
Cara Mengatasi Avoidant Attachment
Jika kamu mulai menyadari bahwa kamu memiliki gaya keterikatan seperti ini, jangan khawatir karena perubahan itu mungkin. Meskipun prosesnya tidak selalu mudah, hal ini bukanlah hal yang mustahil. Dibutuhkan kesadaran, komitmen yang berkelanjutan, dan kemauan untuk membuka diri terhadap pengalaman emosional yang lebih dalam. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kamu ambil untuk mulai mengubah pola keterikatan yang menghindar dan membangun hubungan yang lebih sehat.
1. Kenali dan Akui Pola Hubunganmu
Langkah pertama yang krusial adalah menyadari bahwa kamu memiliki pola keterikatan yang menghindar. Saat kamu mulai menyadari bahwa kamu merasa tidak nyaman dengan kedekatan, atau cenderung menarik diri saat hubungan mulai dekat, itu adalah tanda bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kesadaran ini memfasilitasi perubahan karena kamu tidak dapat mengatasi sesuatu yang tidak kamu ketahui.
Mengakui bahwa kamu memiliki pola ini bukanlah tanda kelemahan, tapi sebaliknya, ini adalah kekuatan. Dengan memahami bahwa pola ini berasal dari pengalaman masa kecil, kamu dapat mulai melihatnya sebagai hasil, bukan bagian permanen dari dirimu. Pola ini bisa diubah jika kamu bersedia untuk menantangnya.
2. Mulailah Memperhatikan Emosi dan Kebutuhan Pribadi
Orang dengan gaya keterikatan yang menghindar sering kali tidak terbiasa untuk dapat mengakses atau mengenali perasaan mereka. Maka dari itu, penting untuk mulai memperhatikan sensasi fisik dan emosi yang muncul saat berhadapan dengan kedekatan atau intimasi. Mungkin ada perasaan cemas, terganggu, atau ingin menjauh. Daripada menolak atau menekan emosi tersebut, cobalah untuk bersikap terbuka dan mengamati dengan rasa ingin tahu.
Selain itu, pertanyakan pada dirimu, apa yang sebenarnya aku butuhkan? Mungkin kamu merasa lebih aman ketika sendirian, tetapi di balik itu ada kebutuhan untuk diterima, dihargai, atau dicintai. Mengakui kebutuhan ini bukan berarti menunjukkan kelemahan, melainkan menunjukkan sisi kemanusiaanmu dan membuka diri untuk koneksi yang lebih sehat.
3. Latih Keintiman Secara Bertahap
Membangun hubungan emosional tidak perlu dilakukan sekaligus. Kamu bisa mulai dengan pelan-pelan membuka diri kepada seseorang yang kamu percayai. Contohnya, kamu bisa berbagi cerita pribadi yang sederhana atau menjelaskan perasaan tidak nyaman tanpa khawatir akan penilaian. Tindakan-tindakan kecil ini akan membantu sistem emosionalmu menyesuaikan diri dengan kedekatan yang aman.
Dalam proses ini, penting untuk menyadari bahwa keinginan untuk menarik diri bisa muncul kapan saja. Saat itu terjadi, cobalah untuk menunda responsmu. Alih-alih langsung menarik diri atau menghindar, beri waktu untuk merenung tentang apa yang kamu rasakan. Ini bukan soal memaksa diri untuk terbuka, tetapi berlatih untuk tetap berada di tengah situasi emosional yang muncul.
4. Pertimbangkan Terapi dengan Ahli
Terapi adalah salah satu metode paling ampuh untuk mengatasi keterikatan yang menghindar. Dengan bantuan seorang terapis, kamu dapat mengeksplorasi pengalaman masa kecil yang mungkin mempengaruhi cara kamu menjalin hubungan saat ini. Terapis juga dapat membantumu menemukan cara-cara baru untuk menghadapi kedekatan emosional dengan lebih sehat dan tanpa pertahanan berlebihan.
Beberapa jenis terapi yang dapat dipertimbangkan termasuk terapi perilaku kognitif (CBT), terapi berbasis keterikatan, dan terapi psikodinamik. Pendekatan ini akan membantu kamu mengganti pemikiran negatif mengenai hubungan, memahami penyebab masalah, dan mengembangkan strategi untuk membangun hubungan yang lebih aman. Jika kamu masih merasa belum siap untuk terapi, kamu juga bisa mulai dengan workbook atau jurnal yang dirancang untuk menjelajahi pola keterikatanmu.
5. Jalin Hubungan dengan Individu yang Emosional Aman
Lingkungan sosialmu sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Jika memungkinkan, cobalah untuk berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki gaya keterikatan lebih aman. Mereka umumnya lebih konsisten, terbuka secara emosional, dan tidak mudah terpancing. Berinteraksi dengan individu semacam ini bisa menjadi pengalaman yang menyembuhkan dan membantumu belajar cara membangun hubungan yang saling mendukung.
Selain itu, berada di dekat orang-orang yang emosional aman juga memberikanmu kesempatan untuk berlatih menjadi lebih terbuka tanpa merasa terancam. Mereka biasanya dapat menerima keterbukaanmu tanpa menghakimi dan tidak akan memaksa kamu untuk bergerak lebih cepat dari keinginanmu.
6. Atasi Stres dan Trauma Masa Lalu
Tingkat stres yang tinggi dan pengalaman traumatis di masa lalu dapat memperkuat pola menghindar. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari cara-cara mengelola stres, seperti latihan pernapasan, meditasi, olahraga, atau teknik mindfulness lainnya. Ketika tubuhmu lebih tenang, kamu akan lebih mampu menghadapi situasi emosional tanpa langsung menarik diri.
Jika ada trauma dari masa kecil yang belum terselesaikan, pertimbangkan untuk mengatasi kejadian tersebut dengan bantuan terapis. Pengalaman seperti pengabaian, kekerasan verbal, atau perceraian orang tua bisa membentuk keyakinan bawah sadar bahwa kedekatan itu berbahaya. Dengan memproses trauma ini, kamu memberikan ruang bagi pola pikir yang lebih sehat untuk berkembang.
7. Bersabarlah dan Terus Melakukan dengan Konsisten
Mengubah pola keterikatan yang menghindar bukan sebuah proses yang instan. Terkadang kamu merasa sudah berkembang, lalu mengalami kemunduran saat menghadapi situasi emosional yang penuh tantangan. Itu merupakan bagian yang alami dari proses penyembuhan. Yang terpenting adalah konsistensi. Teruslah melakukan refleksi diri, latih keterbukaanmu secara bertahap, dan jangan ragu untuk mencari bantuan.
Pola keterikatan bukanlah hal yang tetap. Dengan usaha yang cukup dan dukungan yang tepat, kamu dapat bertransformasi menjadi seseorang yang nyaman dengan kedekatan, terbuka pada hubungan yang sehat, dan mampu mencintai serta dicintai dengan lebih aman.
Berikut adalah penjelasan mendetail tentang gaya keterikatan avoidant yang lebih umum dikenal sebagai avoidant. Semoga ini berguna!
- Penulis: Putri Rahmatia Isnaeni