Aban Sudrajat Ajak Pemuda Cigombong Jaga Alam Lewat Gerakan Leweung Hejo
- account_circle Sandi
- calendar_month Jum, 25 Jul 2025
- comment 0 komentar

Aban Sudrajat Ajak Pemuda Cigombong Jaga Alam Lewat Gerakan Leweung Hejo. Foto :bogorplus.id
bogorplus.id- Di kaki Gunung Salak, tepatnya di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, sebuah gerakan lingkungan yang menginspirasi sedang menggeliat.
Pemuda-pemuda Sunda dengan semangat juang yang tinggi membuat gerakan Leweung Hejo untuk menjaga kelestarian alam.
Program penghijauan ini bukan hanya soal menanam pohon, melainkan juga sebagai bentuk amanah dari karuhun Sunda untuk terus menjaga alam dan warisan leluhur.
Seorang pemuda penggerak lingkungan yang juga memimpin KTH Alam Kiwari Lestari, Aban Sudrajat menyampaikan, gerakan ini bukan hanya bagian dari pencapaian target Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030.
Program yang digagas oleh pemerintah ini mencangkup sektor hutan, lahan pertanian, perkebunan, dan penggunaan lahan lainnya.
“Kami bukan hanya menanam pohon, tapi juga menanam kesadaran untuk melestarikan alam. Ini adalah bentuk rasa tanggung jawab kami sebagai generasi muda untuk masa depan bumi,”ujarnya, Sabtu (26/7).
Sebanyak 2.000 pohon bambu, kayu, dan buah telah ditanam di beberapa desa di sekitar kaki Gunung Salak.
Keputusan untuk memilih tanaman bambu, kayu, dan buah, tak lepas dari tujuan besar menjaga keberlanjutan alam.
Kata Aban, Bambu, selain mampu menyerap karbon secara signifikan, juga berfungsi untuk menjaga kelestarian sumber air.
Sedangkan pohon kayu dan buah diharapkan dapat memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi masyarakat setempat.
Ia menyebut, gerakan ini tak hanya melibatkan kalangan pemuda, tetapi juga masyarakat setempat dan tokoh adat.
“Gerakan ini adalah kolaborasi nyata antara nilai tradisi dan program nasional. Kami ingin menunjukkan bahwa menjaga alam bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga amanah kita sebagai generasi penerus,” tambahnya.
Salah satu filosofi yang mendorong gerakan ini adalah falsafah Sunda yang berbunyi, “leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak” (hutan rusak, air habis, manusia menderita).
Lebih jauh Aban menuturkan, falsafah ini, meskipun sederhana, tenyata sangat relevan dengan tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini, yaitu perubahan iklim, kerusakan hutan, dan krisis air.
Di tengah semangat kebersamaan ini, Aban dan para pemuda Cigombong bertekad untuk menjadikan gerakan ini sebagai bagian dari hidup mereka.
Bukan sekadar program sesaat, tetapi sebuah gerakan yang lahir dari kesadaran mendalam akan pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai warisan dan tanggung jawab bagi generasi mendatang.
Dengan keberhasilan gerakan ini, mereka berharap bisa menginspirasi lebih banyak komunitas di Indonesia untuk ikut serta dalam mewujudkan target FOLU Net Sink 2030.
“Masa depan bumi berada di tangan kita semua, dan gerakan ini adalah bukti bahwa upaya pelestarian alam bisa dimulai dari tingkat akar rumput,”pungkasnya.
- Penulis: Sandi